Rabu, 18 Juni 2014

CAPRES NOMOR URUT 2JOKOWI KAMPANYE DI PAPUA


http://majalahselangkah.com/images/upload/2014/06/09/20140609_083642_1489_l.jpgShare :    





Penulis : Pilemon Keiya | Senin, 09 Juni 2014 20:29 Dibaca : 242    Komentar : 2
Share :    

Calon Presiden Indonesia Joko Widodo saat kampanye di Jayapura. Foto: Pilemon Keiya
Jayapura, MAJALAH SELANGKAH -- Gaya blusukan Calon Presiden Indonesia, Joko Widodo yang berpasangan dengan Jusuf Kalla pada Pilpres 9 Juli mendatang, ternyata disukai warga Papua.

Blusukan dinilai memiliki arti tersendiri, tidak hanya sebagai cara mendekatkan diri dengan masyarakat.

"Blusukan itu bagi orang Papua, dapat diartikan sebagai bagian membangun kekerabatan antara seorang tokoh dengan pengikutnya. Kami tidak mengenal blusukan, kami mengenal menyelesaikan persoalan di para-para adat, tapi jika mau diadopsi, gaya blusukan itu juga sebagai penyelesaian masalah, langsung ke masyarakat di bawah," kata Thomas Unir, warga Asmat, di Jayapura, Papua, Minggu (08/6/2014) kemarin.

Menurut dia, blusukan atau menjaring aspirasi melihat langsung kondisi rakyat di lapangan, yang dilakukan Capres nomor urut 2, memberi ruang bagi warga bertemu langsung dengan pemimpinnya.

"Selama ini kami hanya melihat pejabat di TV saja, jarang pejabat mau berjabat tangan dengan masyarakat. Tapi dengan gaya Jokowi, sekat antara pejabat dan masyarakat menjadi hilang," ujarnya.

Blusukan, kata Thomas, bukan pencitraan. Jika seorang pejabat dalam kesehariannya memfokuskan diri pada kerja, maka dengan sendirinya, ia akan terjun ke masyarakat untuk melihat realitas masalah apa saja yang dihadapi.

"Tidak banyak pejabat Papua yang secara sukarela mau turun ke lapangan. Ini berbeda dengan Jokowi, itulah mengapa kami sangat tertarik pada figur Jokowi," katanya lagi.

Dalam kunjungannya ke Papua pada 5 Juni kemarin, Jokowi sempat menyinggahi pasar Praha Sentani dan pasar Mama-mama Papua di Kota Jayapura. Blusukan Jokowi ke pasar tidak saja dilakukan pada masa kampanye Pilpres, namun juga ketika ia memimpin Jakarta sebagai gubernur.

"Blusukan ala Jokowi kini banyak ditiru. Di Merauke, ada bupati  Romanus Mbaraka yang juga gemar turun ke kampung untuk melihat dan menyelesaikan persoalan kampung. Blusukan bukan hanya penting saat ini, tapi saya kira, itulah harapan masyarakat terhadap pemimpinnya yang mau dekat dengan mereka," kata Jerry Omona, Koordinator Media Relawan Papua untuk Jokowi.

Ia menambahkan, blusukan ala Jokowi merupakan bagian dari gaya seorang pemimpin yang 'tunduk' pada rakyat. Jika seorang pemimpin menghormati rakyatnya, maka ia tak segan untuk bertelanjang kaki dan memasuki area banjir.

"Karena jelas bahwa pemimpin dipilih oleh rakyat, dengan begitu, seharusnya pemimpin mau turun ke bawah dan mendengar keluh kesah rakyat. Bukan pemimpin yang pintar memberi janji, namun tak pernah turun ke bawah, kalaupun blusukan, itupun lantaran mempunyai kepentingan politik," jelasnya.

Jerry menjelaskan, Jokowi telah memperkenalkan era baru blusukan yang mencerminkan hubungan erat antara pemimpin dan yang dipimpin. Jokowi adalah sosok yang fenomenal, ideal dan bijaksana memimpin sebuah bangsa.

"Plato pernah mengatakan, pemimpin yang ideal adalah seperti seorang filsuf. Jika seorang filsuf diidentikkan dengan orang yang bijaksana, apakah Jokowi dapat dikatakan seperti itu? Ya, orang bijak selalu menyimak masalah dengan baik, mendengar langsung dari rakyat dan menyelesaikan masalah secepat mungkin," paparnya.

Baginya, meskipun era Plato berbeda dengan kondisi Indonesia kini, namun setidaknya, figur Jokowi mampu menyerupai atau paling tidak menyamai filsuf seperti ungkapan Plato.

"Blusukan adalah cara paling sederhana, efektif, hemat biaya dan tepat sasaran. Rakyat menginginkan figur seperti itu. Bukan Presiden yang jago berpidato namun tidak dapat bekerja."

Ketua DPD PDI Perjuangan Provinsi Papua, Komarudin Watubun mengungkapkan, blusukan yang dilakukan Jokowi dilakukan demi melihat langsung persoalan rakyat.

"Kalau ia hanya duduk dikantor, tentu ia tidak bisa mengetahui apa saja persoalan rakyat. Baginya, kerja, kerja dan kerja adalah hal yang penting," ujar Komarudin.

Komarudin mensinyalir, gaya blusukan tersebut telah dipolitisir elit lain untuk kepentingan Pilpres. "Ada yang bilang itu hanya pencitraan, saya tidak mau menanggapi, biarlah rakyat saja yang menilai," katanya singkat. (Pilemon Keiya/MS)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar